Penulisan Caption Foto

Dalam foto jurnalistik, suatu foto bagus bisa tidak berarti apa-apa tanpa caption. Karena keberadaan caption sama pentingnya dengan gambar itu sendiri. Caption membuat pembaca tidak perlu menerka-nerka pesan dalam foto.

 

Kini, di era di mana foto membanjiri layar ponsel dan komputer kita, caption menjadi semakin penting bagi media untuk menarik pembaca. Riset yang dilakukan Sara Quinn untuk National Press Photographers Association menunjukkan bahwa caption yang baik membuat satu foto dilihat 30% lebih lama oleh pembaca. Caption yang ditulis dengan baik membuat orang membaca dan kembali melihat foto secara berulang untuk memahami cerita.

 

Caption adalah teks yang menyertai foto jurnalistik. Caption membantu mengarahkan perspektif sebuah foto dan menjelaskan detail informasi yang tidak ada dalam gambar, membingungkan, atau tidak jelas.

 

Teks ini mengembuskan nafas untuk menghidupkan foto dengan memberi pendalaman akan sebuah peristiwa. Ia mempertemukan foto dengan konteksnya dan membantu pembaca membangun pemahaman akan sebuah cerita di balik foto. Jurnalis foto harus mengumpulkan data yang cukup untuk menulis caption.

 

Secara umum penulisan caption dapat dibagi dua: complete caption dan published caption.

 

The Complete Caption

 

Keterangan foto lengkap memuat semua informasi berisi cerita dalam foto. Caption yang lengkap biasanya disertai kelengkapan data 5W + 1H. Penulisannya berformat gaya penulisan berita, yang dapat menjawab semua pertanyaan terkait foto. Biasanya caption jenis ini digunakan untuk foto lepas yang berdiri sendiri.

 

Foto berita tunggal yang sifatnya berdiri sendiri biasanya tidak terkait dengan pemberitaan pada sebuah edisi tapi menceritakan kisahnya sendiri. Foto jenis ini di suratkabar dapat dipasang di halaman manapun termasuk halaman terakhir.

 

 

The Published Caption

 

Yang kedua adalah Published caption. Yaitu keterangan foto yang dibuat untuk disiarkan atau dimuat melalui media massa. Penyajian published caption lebih ringkas karena tidak semua informasi yang dimiliki dicantumkan dalam penulisannya. Pada published caption biasanya memuat:

 

Overline/tagline/atau judul. Sama seperti judul berita tulis, gunanya untuk menarik perhatian pembaca. Biasanya terdiri dari 2-3 kata dan dipisah menggunakan tanda strip dengan teks foto.

 

Keterangan foto. Yaitu kalimat berisi kejadian/peristiwa, nama, lokasi, dan waktu pemotretan. Latar belakang foto yang dapat memperkuat cerita dapat ditulis pada kalimat kedua.

 

Berikut ini yang harus dicermati oleh fotografer dalam mengumpulkan data untuk caption. Semakin banyak data yang diperoleh, semakin mudah menyusun caption. Sebaliknya, semakin sedikit data yang diperoleh maka semakin susah menuliskannya.

 

Who

 

Nama subjek dalam foto. Selalu tanyakan bagaimana mengejanya supaya tidak salah dalam penulisan.

Tanyakan umur, bila dalam foto memuat anaknya tanyakan juga umurnya dan duduk di kelas berapa si anak bersekolah.

Tanyakan alamat di mana subjek tinggal (untuk bekal data bila ingin mengelaborasi cerita di kemudian hari).

Nomor telepon bila dibutuhkan untuk konfirmasi.

Tanyakan hal-hal lain yang relevan dengan diri subjek, misalnya apa pekerjaanya dan kehidupannya.

Saat memotret personel militer, berusahalah memeroleh nama dan kesatuannya. Jangan berasumsi satu pasukan berasal dari kesatuan yang sama. Sebagian dari mereka bisa berasal dari Marinir atau pasukan yang berbeda.

 

What

 

Selalu identifikasi peristiwa dengan benar secara menyeluruh. Misalnya sebuah acara parade sekolah jangan lupa menyertakan keterangan apakah itu adalah acara tahunan dan seterusnya.

Pastikan akurasinya, jangan menduga-duga.

Carilah informasi yang spesifik tentang apa yang ada dalam foto.

 

When

Tulislah hari, bulan, dan tahun. Seringkali foto jurnalistik dimuat beberapa saat setelah peristiwa terjadi.

Pada peristiwa tertentu jurnalis foto harus tahu waktunya dengan pasti, misalnya sebuah kebakaran berawal pada pukul 8.20 WIB dan seterusnya.

 

Where

Carilah data lokasi peristiwa dengan lengkap. Nama jalan, desa, dan seterusnya.

Carilah data tempat yang lebih spesifik. Misalnya nama gedung, atau pemilik tempat.

 

Terakhir ditambah Why

Pastikan memeroleh data why dengan benar. Misalnya kenapa sebuah acara diadakan di atas danau, seorang ibu menangis pilu dan seterusnya. Atau keterangan berupa sebab dari suatu kejadian. Seringkali data-data tentang “why” ini tidak dibutuhkan dalam penulisan caption pendek, tapi jurnalis foto memerlukannya untuk menulis keterangan foto pada stand-alone image.

 

Penulisan caption juga hendaknya memperhatikan hal-hal berikut :

 

Jelas menerangkan subjek foto

Teks harus menyebutkan dengan jelas subjek dalam foto dan apa yang dilakukannya. Penting untuk memastikan ejaan ditulis dengan benar. Selalu lakukan cek. Pada foto yang memuat orang secara berderet sebutkan satu-persatu dan lakukan penghitungan dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Penulisan keterangan subjek harus menghindari opini, contohnya kalimat “presiden dengan serius mendengarkan….” frasa “dengan serius” belum tentu benar karena bisa saja subjek terlihat tertegun karena melamun atau mengantuk. Jurnalis foto harus memahami bahwa menduga dan gegabah dapat membawa masalah di kemudian hari.

 

Ringkas

Tulislah dalam bentuk kalimat pendek. Tidak perlu bertele-tele tapi gamblang. Meski begitu caption harus berupa kalimat lengkap supaya mudah dipahami.

 

Memuat konteks foto

Caption yang diisi penjelasan tambahan (atau disebut kalimat kedua) harus memuat konteks foto. Misalnya penjelasan yang mengiringi peristiwa dalam foto seperti sebelum atau sesudah momen terjadi atau sesuatu yang menarik terkait dengan isu di dalam foto.

 

Mengarahkan pembaca untuk membaca artikelnya

Caption hendaknya merangsang pembaca untuk membaca lebih jauh isi beritanya. Karena biasanya pembaca belum membaca artikel berita saat membaca caption.

 

Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar